Friday, May 3, 2013

Budaya Object Oriented Programming

SamidCorner (Tegal) – Pembaca yang budiman. Wah saya masih dalam keadaan begadang (sekarang tepat pukul 01.30 WIB alias setengah dua dini hari), saya ingin menulis sebuah artikel tentang Object Oriented Programming. Saya disini bukan menulis tentang tutorial mengenai OOP (singkatan dari Object Oriented Programming) tetapi akan menulis mengenai (apa ya?) eksistensi OOP pada kehidupan programmer.

Ya, baru saja saya keliling dunia lewat dunia maya. Kebetulan saya menemukan beberapa tulisan menarik mengenai pembahasan framework. Dan ujung-ujungnya sepertinya saya harus melompat (quantum-changing kalo kata ustad yusuf mansur) ke sebuah framework yang lebih mendukung OOP. Sebagai catatan saja sebelumnya saya familiar dengan sebuah Framework yaitu Codeigniter. Karena Framework ini sangat mudah dipelajari serta banyak sekali para kontributor diseluruh dunia yang mendukung keberlangsungan Framework ini. Dan sekali lagi saya tidak akan berbicara mengenai Framework.

Nah, sebuah framework (ditulis menggunakan PHP) sejatinya adalah sekumpulan bahasa program yang dikelompokkan kedalam sebuah kelas-kelas (class) yang fungsi utamanya adalah memudahkan para programmer dalam membuat sebuah routine-program. 

Kenapa dimudahkan oleh class-class tersebut, ya karena jelas fungsi-fungsi tersebut dapat kita gunakan berulang-ulang tanpa harus membuat sebuah routine baru dan tentunya menghemat waktu pengerjaan sebuah routine-program.

OOP harus menjadi budaya
Lalu apa hubungannya dengan OOP? Jelas sekali berhubungan. Framework menyediakan ruang bagi para programmer untuk selalu ideal dalam menggunakan konsep OOP setiap kali mereka menulis kode. Konsep ya, bukan cara. Dia(OOP) adalah sebuah mainframe, konsep, bentuk, desain penulisan kode yang menekankan pada pembuatan objek-objek, sehingga memudahkan seorang programmer dalam melakukan “maintenance” terhadap routine-program tersebut.

Konsep OOP, tidak hanya dimiliki PHP. Jauh sebelum PHP lahir sudah ada terlebih dahulu beberapa bahasa program yang berbasis object. Nah, keuntungan menggunakan OOP yang paling utama adalah waktu yang diperlukan dalam pembuatan sebuah aplikasi jauh lebih singkat. Serta kemudahan dalam melakukan pengembangan terhadap aplikasi yang kita buat jauh lebih terkontrol. 

Bayangkan ribuan baris kode kita buat, kemudian kita asal saja menulis kode. Apa yang terjadi? (yang sama alami ketika menulis ke bentuk native PHP atau secara prosedural) kegagalan dalam pengembangan akan menjadi bencana yang sangat besar bagi para programmer.

Padahal, klien kita menuntut sebuah aplikasi yang mudah sekaligus tangguh. Serta dapat dengan mudah  menyesuaikan dengan perkembanga klien kita. Ya,  yang namanya dunia selalu saja berkembang. Oleh karena itu, konsep OOP saya rasa harus menjadi budaya.

Bukan hanya sekedar konsep yang menjadi wacana, tetapi benar-benar budaya yang harus ditularkan kepada semua programmer-programmer baik level junior sampe level senior.

Karena dengan meiliki pemahaman tentang konsep OOP, kita bisa dengan mudah  menggarap aplikasi dengan bahasa apapun. Karena sekali saya tegaskan bahwa OOP itu adalah mainframe, konsep, bentuk, desain dalam penulisan kode program. Dengan paham OOP, seorang programmer tidak akan “gelagapan” ketika harus berpindah ke dalam bahasa yang lain.

Intinya kan begini, misalkan kata “I love u” kita katakan dengan bahasa Indonesia, berarti menjadi “Aku cinta kamu”. Tentunya kalo sudah paham “I love u” itu apa pasti ketika kita mengatakan dalam bahasa jawa gak perlu gelagapan “Aku tresno kowe”.

Singkat padat dan jelas itulah yang menjadi tujuan utama dari konsep OOP. Budaya OOP di kalangan programmer harus menjadi kesadaran bersama. OOP harus dibudayakan sejak para programmer menimba ilmu di bangku kuliah. Dosen atau pengajar harus ekstra ketat mengawal idealisme OOP para mahasiswnya. Sehingga konsep OOP menjadi pola pikir yang tertanam begitu dalam bagi tiap – tiap programmer yang terjun pada kehidupan nyata. 

Dan akhirnya saya berpesan kepada para mahasiswa dan para programmer yang masih  menggunakan konsep penulisan kode “prosedural” cobalah untuk berpindah “move on” menggunakan konsep OOP. Demi kelangsungan program aplikasi yang anda buat.

0 comments:

◄ Newer Post Older Post ►